SATU SENYUMAN UNTUK SELURUH DUNIA
Artikel Dharma ke-8, Agustus 2013
Ivan Taniputera
3 Agustus 2013
Saya
akan membuka artikel saya dengan mengisahkan pengalaman saya waktu
masih bekerja di Jakarta. Saya memiliki penjual kue langganan, yang
sangat murah senyum. Oleh karena itu, pelanggannya banyak sekali di
kompleks perumahan tersebut. Jika ada yang menawar juga tak pernah
marah. Seolah-olah dalam hidupnya tidak ada beban. Saya mencoba
membandingkannya sewaktu berkunjung ke sebuah bank yang cukup besar.
Banyak orang berpakaian mewah dengan jas dan dasi, namun wajahnya
ditekuk serta tak mencerminkan keceriaan sedikitpun. Mungkin mereka
memiliki lebih banyak uang dan harta, namun siapakah yang kebahagiaannya
lebih banyak?
Sesungguhnya sewaktu melihat senyuman
orang lain, batin kita menjadi lebih tenang. Oleh karenanya, senyuman
merupakan pemberian amal. Dalam Agama Buddha, senyuman yang tulus
dikategorikan pada "pemberian berupa pembebasan dari rasa takut" (abhaya-dana). Pembebasan dari rasa takut di sini adalah ketenangan dalam batin.
Banyak
orang mengatakan bahwa untuk beramal harus memiliki banyak uang
terlebih dahulu. Namun ini adalah anggapan yang keliru karena hanya
dengan tersenyum dan menganggukkan kepala dengan tulus saja, kita sudah
beramal pada orang lain. Apabila wajah kita memancarkan kebahagiaan,
maka itu sudah beramal pada orang lain.
Meskipun
demikian, hanya memberikan sebuah senyuman yang tulus tidaklah selamanya
mudah. Terkadang wajah rasanya berat sekali. Mengapa demikian? Karena
batin kita belum merasakan kedamaian. Oleh karena itu, tersenyum
sesungguhnya juga adalah latihan spiritual yang mendalam, walau banyak
orang meremehkannnya. Kita harus menjadikan batin kita damai terlebih
dahulu, sehingga dapat tersenyum dengan tulus.
Barangkali
kita berpikir,"Apakah arti sebuah senyuman tulus." Senyuman yang tulus
turut menaburkan perdamaian pada seluruh dunia. Itulah sebabnya, jika
kita menyaksikan rupang Bodhisattva Avalokitesvara, maka Beliau selalu
menampilkan senyuman.
Semoga bermanfaat.