MENJADI PULAU PERLINDUNGAN BAGI DIRI SENDIRI
Artikel Dharma ke-20, Agustus 2013
Ivan Taniputera
10 Agustus 2013
Di dalam Sutta Cakkavati-Sihanada,
Hyang Buddha mengajarkan agar kita menjadi pulau bagi diri kita sendiri
dan perlindungan bagi diri kita sendiri. Beliau mengajarkan pula kita
agar kita jangan mencari perlindungan di tempat lainnya. Banyak orang
memenggal ajaran tersebut sampai di sini saja, sehingga akhirnya
menimbulkan pandangan salah. Timbul kesombongan bahwa seolah-olah kita
tidak memerlukan apa-apa lagi. Seolah-olah hanya diri sendirilah yang
patut diandalkan. Pemahaman semacam ini jelas bukan memupus ke"aku"an,
melainkan justru sebaliknya makin mengobarkan semangat ke"aku"an.
Padahal
kalau direnungkan, jika sakit kita masih memerlukan seorang dokter.
Kita berhutang budi pada guru-guru kita semenjak jenjang pendidikan
paling rendah hingga paling tinggi. Pakaian yang kita kenakan apakah
kita buat sendiri? Laptop atau komputer yang kita pakai, apakah kita
yang membuatnya sendiri? Beras dan sayuran yang kita makan, apakah kita
sendiri yang menanamnya? Jelas sekali kita masih memerlukan bantuan
orang lain. Bahkan kita tidak hanya memerlukan bantuan orang lain saja.
Banyak bakteri dan mikroorganisme lainnya yang bermanfaat bagi kita.
Lalu bagaimanakah makna sesungguhnya ajaran Hyang Buddha tersebut?
Jawabannya sangat mudah. Kita tinggal membaca kelanjutan Sutta Cakkavati-Sihanada tersebut. Pada bagian selanjutnya, Hyang Buddha mengajarkan agar kita mengamati tubuh (kaya), perasaan (vedana), pikiran (citta), dan obyek pikiran (dhama) sebagaimana adanya, dengan penuh ketekunan sehingga sanggup melenyapkan segenap keserakahan.
Jadi, inti ajaran tersebut adalah meditasi pengamatan terhadap tubuh, perasaan, pikiran, dan obyek pikiran sebagaimana adanya. Samadhi
yang benar itulah pulau dan perlindungan bagi diri kita sendiri.
Menjadi pulau dan perlindungan bagi diri sendiri tidak berarti kita
memisahkan atau mengasingkan diri dengan segala sesuatu. Obyek yang
benar-benar otonom dan mandiri atau tak bergantung lainnya adalah
mustahil menurut Ajaran Hyang Buddha, karena segala sesuatu saling
berkaitan dengan hal lainnya.
Semoga bermanfaat.